Upaya Industri Properti Untuk Dorong Pertumbuhan dan Keberlanjutan
Sejumlah pemimpin besar dalam industri properti Indonesia kembali bertemu dalam forum tertutup yang digelar oleh Badan Pertimbangan Organisasi Realestat Indonesia (BPO‑REI). Pertemuan yang berlangsung di akhir Oktober 2025 ini membahas berbagai isu strategis — mulai dari target pembangunan 3 juta rumah hingga tantangan di sektor pasar apartemen yang mengalami stagnasi.
Para pengembang dan pelaku industri yang hadir mengingatkan bahwa sektor properti tetap menjadi salah satu penggerak penting pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, untuk dapat mendukung target pembangunan massal sekaligus memulihkan segmen apartemen, diperlukan sinergi kebijakan pemerintah, perbankan, dan pemain industri lainnya.
Kunjungi juga: Perumahan Kota Baru Parahyangan
1. Pentingnya Program 3 Juta Rumah bagi Industri dan Masyarakat
Salah satu topik utama pada pertemuan tersebut adalah target pembangunan 3 juta rumah oleh pemerintah. Program ini dirancang untuk memperkuat akses masyarakat terhadap hunian terjangkau dan sekaligus mendorong sektor konstruksi, properti, dan industri turunan.
Manfaat bagi industri dan ekonomi
- Menciptakan lonjakan permintaan terhadap bahan bangunan, finishing, jasa konstruksi, dan tenaga kerja.
- Memperkuat rantai pasok industri properti lokal yang tumbuh dari proyek-hunian skala besar.
- Membantu memperbaiki backlog hunian, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah (MBR) yang terpinggirkan selama beberapa tahun terakhir.
Tantangan yang dibahas
Pada forum BPO-REI, para pengembang menyoroti sejumlah kendala, antara lain:
- Daya beli masyarakat yang belum pulih optimal setelah pandemi: meski banyak rumah subsidi dibangun, pembeli masih menahan diri.
- Regulasi dan zonasi yang terkadang relatif kompleks, termasuk kewajiban komposisi rumah sederhana, menengah, dan mewah dalam satu kawasan.
- Pembiayaan dan fasilitas fiskal: pengembang meminta insentif tambahan seperti pembebasan PPN atau BPHTB untuk investor yang bangun hunian terjangkau.
Para “bos properti” sepakat bahwa bila target 3 juta rumah ingin tercapai, maka diperlukan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat dan pengembang, sekaligus memprioritaskan kecepatan administrasi dan efisiensi biaya.
2. Tantangan Pasar Apartemen dan Strategi Pemulihannya
Selain rumah tapak, pertemuan juga mengangkat isu segmen apartemen yang hingga kini belum pulih sepenuhnya. Banyak proyek apartemen yang menghadapi tingkat hunian rendah dan beban biaya operasional yang tinggi.
Masalah-masalah utama
- Biaya hidup di apartemen (service charge, listrik, air) masih tinggi sehingga mengurangi daya tarik bagi masyarakat. Sebagai contoh, tarif service charge untuk unit apartemen di bawah harga tertentu diusulkan diturunkan menjadi Rp12.000–Rp14.000 per m² agar lebih terjangkau.
- Tarif utilitas yang disamakan dengan komersial, padahal unit hunian dinilai seharusnya memiliki tarif yang lebih rendah agar sesuai dengan kehidupan rumah tangga biasa.
- Komposisi pasokan yang tidak seimbang, di mana banyak pengembang lebih fokus ke unit-mewah atau menengah atas, sementara segmen menengah bawah dan terjangkau masih terbatas.
Strategi yang disepakati
Para peserta forum mengusulkan beberapa strategi kunci untuk memulihkan pasar apartemen:
- Insentif fiskal dan pembiayaan: Memaksimalkan program seperti KUR Perumahan atau pembiayaan dengan bunga rendah untuk pembeli apartemen, serta pembebasan PPN untuk harga unit tertentu.
- Menurunkan biaya operasional apartemen: Pengembang meminta kebijakan khusus agar service charge dan utilitas di apartemen terjangkau oleh masyarakat menengah.
- Diversifikasi produk dan segmen: Pengembang diarahkan untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan nyata pasar—tidak hanya unit mewah, tapi juga unit terjangkau dengan lokasi strategis dan fasilitas lengkap.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan segmen apartemen dapat ikut tumbuh dan menjadi bagian dari solusi hunian di kota besar.
3. Sinergi antara Pemerintah, Pengembang, dan Bank
Keberhasilan program 3 juta rumah dan pemulihan pasar apartemen tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan sinergi antara tiga pihak utama:
Pemerintah
Pemerintah pusat dan daerah diharapkan mempercepat perizinan, menyederhanakan regulasi, dan memberikan insentif yang tepat sasaran. Beberapa contoh stimulasi yang sudah berjalan antara lain pembebasan PPN DTP, penambahan kuota rumah subsidi, dan pembebasan BPHTB untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Pengembang
Para pengembang menegaskan komitmennya untuk menyasar segmen menengah ke bawah, memperkuat efisiensi biaya, dan mengadopsi model bisnis yang lebih fleksibel. Misalnya, pengembangan rumah maupun apartemen yang terjangkau dengan lokasi dekat akses transportasi.
Bank dan Lembaga Pembiayaan
Lembaga keuangan berperan penting dengan menyediakan kredit hunian berbunga rendah dan akses yang lebih luas. Pengembang menyoroti pentingnya program KUR Perumahan ataupun skema lainnya yang bisa mempercepat pembelian rumah atau unit apartemen oleh masyarakat.
Ketiga elemen ini harus berjalan selaras agar target-target pembangunan dan pemulihan pasar bisa tercapai.
Kunjungi juga: Dijual rumah kota baru parahyangan
4. Dampak Ekonomi dan Sosial yang Lebih Luas
Industri properti bukan hanya soal jual-beli unit hunian. Sektor ini memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.
Dampak ekonomi
- Mendorong konsumsi bahan bangunan, interior, dan jasa konstruksi yang pada gilirannya menaikkan aktivitas industri lain.
- Menambah lapangan pekerjaan di bidang konstruksi, properti, jasa, dan perkantoran.
- Memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional—sektor properti disebut menjadi salah satu lokomotif utama pemulihan ekonomi.
Dampak sosial
- Meningkatkan akses masyarakat terhadap hunian layak, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah (MBR). Program 3 juta rumah diharapkan mengurangi backlog hunian dan meningkatkan kualitas hidup.
- Menurunkan beban biaya hidup melalui hunian yang efisien dan terjangkau, khususnya apabila regulasi biaya operasional (seperti di apartemen) dapat diperbaiki.
- Memberikan lingkungan hunian yang lebih baik dengan fasilitas lengkap, akses transportasi, dan integrasi sosial.
5. Tantangan yang Masih Mengganjal
Meskipun banyak strategi dan komitmen disepakati, masih terdapat sejumlah kendala yang harus dihadapi:
- Ketidakpastian ekonomi dan suku bunga: Kondisi makro yang belum solid membuat konsumen dan investor berhati-hati.
- Pengaturan lahan dan regulasi zonasi yang kompleks: Beberapa pengembang masih menghadapi birokrasi panjang.
- Kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar: Banyak unit mewah yang terbengkalai karena segmen menengah bawah kurang disasar.
- Biaya operasional hunian vertikal yang tinggi: Kesulitan mengendalikan service charge dan utilitas yang membuat unit apartemen kurang menarik bagi masyarakat umum.
Para pelaku industri setuju bahwa menangani tantangan ini secara cepat dan efektif sangat penting agar momentum pembangunan hunian nasional dan pemulihan pasar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
6. Kesimpulan
Pertemuan yang digelar oleh BPO-REI- bersama para pengembang besar – menyimpulkan bahwa sektor properti Indonesia berada pada titik penting: dari sekadar pembangunan massal menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Target 3 juta rumah merupakan peluang besar bagi industri dan masyarakat, namun membutuhkan dukungan kebijakan, pembiayaan, dan produk yang tepat sasaran. Sementara itu, pasar apartemen yang selama ini kurang bergairah harus mendapatkan perhatian khusus agar menjadi pilihan hunian yang layak untuk segmen menengah.
Kunjungi juga: Jual rumah di kota baru parahyangan
Dengan sinergi pemerintah, pengembang, dan pembiayaan yang kuat — serta langkah konkret untuk mengatasi kendala biaya dan operasional — industri properti Indonesia diharapkan menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi dan solusi bagi krisis hunian nasional.






